Selasa, 30 Agustus 2016

Temanku Yang Jahat



TEMANKU YANG JAHAT

Senin ini, pagi-pagi aku sudah bangun. Saat bangun tidur, aku duduk sebentar lalu wudhu dan shalat. Selesai shalat, aku langsung mandi. Airnya tidak dingin, airnya segar. Oh iya, namaku Ulya Melati Adni. Aku sekolah di SDN 2 Labuhan Sumbawa. Sekarang aku kelas 3. Banyak temanku di sana, tapi beberapa sudah pindah.
Aku disuruh berangkat jam setengah tujuh oleh Bu Kepala Sekolah. Tapi sebelum berangkat ke sekolah, aku mengantar ayahku dulu ke sekolah tempat kerjanya. Saat mengantar ayahku jam setengah tujuh, terlihat dari jalanan, kantor dan ruang guru sekolahku masih tutup, tapi beberapa kakak kelasku sudah datang.
Sesampainya di sekolah ayahku, MAN 1 Sumbawa, aku langsung salim dan berangkat ke sekolah bersama bundaku. Sesampainya di sekolah, aku menaruh tasku lalu aku salim dan pergi berbaris upacara bersama temanku, yaitu Alea, Auliya dan Siti.
Beberapa saat kemudian upacara selesai. Aku melihat temanku Ain dijemur karena terlambat. Dia anak yang jahat. Aku pernah diberikan kue. Tapi saat aku di-op sapa- (dimusuhi), kue itu diminta lagi. Aku sering dikata-katain asisten. Mentang-mentang aku lemah, dia suka memanfaatkan aku.
Saat aku masuk kelas, aku berdiri tegak lalu menyanyikan lagu “Indonesia Raya” lalu berdoa. Saat itulah Ibu Ida masuk. Tadinya aku ketakutan, kukiran Ibu La, guruku yang galak, yang masuk.
Aku di –op sapa- sama Ain. Tapi entah mengapa, teman duduk di belakangku –op sapa- aku juga, yaitu Sofia dan Auliya. Aku tidak tahu salahku apa. Setelah selesai pelajaran IPS, kelas juga selesai, aku pun pulang dengan sedih.

Minggu, 28 Agustus 2016

Buku Harian Pita



BUKU HARIAN PITA

Pada suatu hari, Pita menemukan gelang di taman dan juga melihat seorang gadis kecil. Ia lalu menawarkan gelang itu.
“Hai,” sapa Pita kepada gadis itu. “Apakah kau ingin memiliki gelang ini?” tanyanya.
“Ambil saja gelang itu.”
Pita bingung. 5 detik kemudian gadis itu pun pergi. Pita lalu pergi ke tempat ayah dan ibunya. Mereka pulang karena hari mulai sore. Pita berpikir, “Hmm…, hari Sabtu yang membingungkan.”
Tak lama kemudian sampailah Pita di rumah sederhananya. Bunga-bunga indah berjejer di halaman. Tempat duduk disusun rapi. Pita pun masuk ke dalam rumahnya dan menulis semuanya di buku hariannya.
Keesokan harinya, Pita bangun bersemangat karena itu adalah hari Minggu. Dia pun pergi ke kamar mandi, wudhu, lalu shalat. Setelah selesai shalat dia pun berolahraga agar badan sehat.
“Pok… pok…!!!” Suara tepukan tangan.
“Pita…, ayo masuk! Sudah waktunya sarapan!”
Pita pun masuk. Saat masuk Pita langsung tidak nafsu makan karena lauknya adalah ikan teri dan cumi.
“Bu, Pita gak mau makan. Lauknya gak enak.”
Terpaksalah Ibu Pita membeli nasi jual untuk Pita, yaitu nasi kuning kesukaan Pita. Pita pun lahap memakannya. Saat Pita sudah kenyang, ia langsung masuk ke dalam kamar dan menulis semuanya di Buku Harian. Pita selalu rajin menulis pengalamannya di Buku Harian.
“Pita, ayo mandi! Badanmu masih bau itu, lo!”
Pita langsung pergi mandi.
Ibu Pita bertanya, “Nak, hari ini liburannya mau ke mana?”
Pita pun menjawab, “Hmmm… Oh, iya. Ke taman kemarin.”
***
Sesampainya di taman, Pita bertemu lagi dengan gadis kecil itu. Pita pun menghampirinya.
“Hai,” sapa Pita pada gadis itu.
“Hai, Pita.”
Pita heran kenapa gadis itu bisa mengenalnya.
“Kok kamu bisa mengenal namaku?” tanya Pita.
“Loh. Kamu gak inget? Aku, kan, sepupu kamu. Ha ha ha.”
Barulah Pita ingat.
“Pantesan kamu memberikan gelang itu,” jawab Pita tersenyum lebar.
Mereka pun bermain bersama.

Jumat, 26 Agustus 2016

Popi Si Anak Jenius



POPI SI ANAK JENIUS

“Kriiinggg!!!”
Bel istirahat berbunyi. Anak-anak keluar berhamburan kecuali Nana. Dia anak yang paling sombong di kelas 3 SD Bhayangkara 4. Dia senang mengejek teman-temannya. Ada yang diejek kurus, gendut dan lambat. Tapi sekarang ia sedang sedih karena tidak mendapat seorang teman.
Popi pun datang menemuinya.
“Nana, kenapa kamu sedih?”
“Aku tidak mendapat teman.”
“Pasti karena kamu sombong, memamerkan kekayaanmu, dan kamu juga  mengejek teman-temanmu.”
“Maafkan aku, ya…”
“Kau tak perlu meminta maaf padaku. Kau minta maaf pada teman-temanmu yang pernah kau ejek.”
“Oke. Aku akan minta maaf pada mereka.”
“Kriiiingggg!!!!”
Bel masuk kelas pun berbunyi. Dan saat itulah kesempatan Nana untuk minta maaf pada teman-temannya.
“Hai, teman-teman. Maafkan aku, ya. Aku merasa bersalah karena telah mengejek kalian, sombong dengan kalian, dan memamerkan kekayaanku.”
“Aku memaafkanmu, kok,” kata Lili yang sedang bercerita tentang mimpinya semalam. Lalu menghampiri Nana dan Popi.
Lalu Ibu Guru Meri pun datang dan mengumumkan, “Anak-anak, besok kita akan berkemah ke hutan Basrang.”
Ibu Guru Meri pun menyuruh Siti Sang Ketua Kelas untuk mengumumkan daftar barang bawaan yang akan mereka bawa di perkemhaan.
***
Keesokan harinya…
“Sssrrrrrr….. Ssssrrrrr….. Ssssrrr…..” Suara guyuran air mandi.
“Popi…, Jangan terburu-buru, Nak.” Suara lembut terdengar dari dapur. Ternyata dia adalah Ibu Popi.
“Nak, masih jam 07.00, kok. Kamu, kan, disuruhnya berangkat jam 08.00, kan?”
Popi pun selesai mandi dan duduk di meja makan.
“Bu, sarapan hari ini apa, Bu?” Popi bertanya dengan semangat.
“Ikan goreng dan sayur kangkung,” jawab Sang Ibu. Bau harum tercium sangat lezat. “Ikan goreng dan sayur kangkung sudah siaaap….”
Popi memakannya dengan lahap. Setelah selesai makan, dia pun mengambil tasnya lalu berangkat bersama ayahnya.
“Bu, Popi berangkat dulu, ya.” Sambil mencium tangan ibunya, Popi pun berangkat.
Sesampainya di sekolah, dia bertemu dengan Peter, Rio, Marthen, Koko, Susan, Lusi, Lili, Nana, Siti dan Joko. Mereka pun berangkat menggunakan bis. Popi memilih tempat duduk nomor 5. Di sana dia duduk di dekat Susan.
Sementara itu Lusi dan Lili belum mendapat tempat duduk. Mereka terpaksa berdiri. Sesampainya di hutan Basrang, semua anak-anak turun berhamburan. Udara di sana masih segar. Mereka berkemah selama 20 hari.
Akhirnya, setelah 20 hari, Popi bersama teman-temannya pun pulang. Popi dengan seru bercerita kepada orang tuanya.